
Pada awalnya, bisikan hati diperhitungkan Allah.
" Kepunyaan Allah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan, jika kamu melahirkan apa yang ada di hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan denganmu tentang itu.
Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. " QS. Al-Baqarah(2) : 284
Tetapi dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, Allah memberi kita keringanan. Ayat ini kemudian digantikan oleh ayat lain yang turun sesudahnya,
" Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala ( dari kebajikan ) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa ( dari kejahatan ) yang dikerjakannya. " QS. Al-Baqarah (2) : 286
Dengan demikian, bisikan hati tidak diperhitungkan sebelum menjadi perbuatan atau diakui benar. Sebab, mengakui benar sama dengan mengerjakan. Jika seseorang berprasangka buruk kepada orang lain, dan ia mengakui bahwa hal itu benar, maka pengakuannya terhitung dosa.
Akan tetapi, bagi orang-orang yang tengah menempuh perjalanan menuju Allah, dan ingin mendekatkan diri kepada Allah, masalahnya tidak sebatas itu. Meskipun bisikan hati tidak diperhitungkan, tetapi mereka tahu bahwa setiap perbuatan baik atau buruk berawal dari bisikan hati. Karena itu, mereka selalu menginstropeksi diri atas setiap bisikan hati mereka sebelum menjadi tindakan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar